Bagai hati dirimba bukan istana

Jalan mulai bercabang
disana...
Dihujung jalan ada sesuatu telah menunggu.
Disana...
setitik rindu ada untukku,
tapi mengapa semua sudah berlalu.
Berakhir pergi entah kemana.
Baru ku sedari
aku bukanlah dia yang tumbuh,
penuh perhatian raga.
Mungkin dia masih perlukan pesona,
namun mengapa hatiku tak perlukan cinta
yang tersebar entah dimana.
Tanah tak selalu lembab dan basah.
Akulah angin yang membawa nasib tanpa
tambatan nurani.
Zaman telah menulis cinta itu dusta...

Aku pun juga tak perlukan rayu,
sebab tiap hembusan angin selalu baru.
Musim pun telah menggores cerita tentang misteri
rindu itu palsu...
Meskipun bunga tumbuh rimbun dijiwa
dan jantung raga,
pagi dan malam akan selalu tahu,
bunga itu bukan dari batinku
yang tercicir dari kalbumu.
Jangan menangis
jangan bersedih
sebab nurani tak perhiaskan tangis.
Untuk itu tangis telah pupus menjadi kenangan
tak mampu menjadikan penyesalan menjadi manis.

Bintang-bintang terasa tahu
itulah jemu.
Rembulan melihat dengan terangnya
meskipun semua tampak remang dan samar-samar,
tapi akulah saksi.
Akulah angin yang tak perlu saksikan hati,
menjadi matahari yang selalu hangat dipagi hari.
Akulah angin yang berhembus tak tahu akan
jiwa yang pernah menelan dusta.
Kerna darah tak lagi bisa tumpah,
hanya untuk kisah sesaat yang singgah
atau tertambat.
Akulah angin bukan cinta
seribu wajah dusta...
Bagai hati dirimba bukan istana.
















0 komentar:

Posting Komentar

 
Animated Chocolate Heart Shiny Love

Translate