Setengah tawa hati,
tertoreh hitamnya warna pelangi.
Begitu sulit dan teramat rumit untuk
bertahan pada apa yang telah menjadi warna.
Begitu miris bila tawa teriris.
Butuh waktu yang selalu tertanggal.
Hela nafas panjang disetiap derap ikhlasnya, terukir gambar bijak dalam tiap halnya.
Begitu sulit dan teramat rumit untuk
bertahan pada apa yang telah menjadi warna.
Begitu miris bila tawa teriris.
Butuh waktu yang selalu tertanggal.
Hela nafas panjang disetiap derap ikhlasnya, terukir gambar bijak dalam tiap halnya.
Menjaga separuh jiwa untuk tetap terjaga dari dera-dera luka.
Sendu dan sengketa slalu saja menjadi penggoda, diantara tawa yang disertai rasa cinta.
Memegang bukanya menjerat,
menyentuh bukannya acuh.
Tiap gerak membawa makna,
tiap hela menyisipkan rasa....
Sebab raga mudah rasakan siksa.
Bagai sang pujangga
yang tak pernah membuang
dan lupa pada setiap kata diwarna karyanya.
Dihati, dijiwa....
Pada naluri, pada rasa....
Mencintai tetap mencintai.
Satu hati tetaplah satu hati.
Menjaga pelangi diantara sendu dan juga rindu.
Sisir serpihan damai untuk bahagiakan hati dari bercak luka.
Jangan berduka, jangan bersedih....
Semua masih ada, tetap ada dan tinggal.
Meski terkadang ombak menghilang
dan mentari pun berganti.
Tapi tetaplah berdiri....
Sang pengganti pasti tercipta
untuk mengubah kisah.
Sendunya hati mu menjadikan rasa ku
seperti itu.
Pilunya jiwa mu,aku pun juga begitu.
Rasakan satu....
Aku dan diri mu,sama-sama tlah
memulai rasa.
Satu damai, berbagi bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar